Es Nanas serupa es krim. |
Thailand adalah salah satu negara yang paling kreatif dalam hal membuat iklan motivasi yang inspiratif dan mengharukan serta mampu menyentuh hati ribuan hingga jutaan penonton diberbagai negara yang ikut meneteskan air mata.
Salah satu video iklan motivasi yang sangat menyentuh hati yang pernah dibuat oleh Thailand, yakni Learning by doing and not teaching.
Video iklan ini berkisah tentang seorang anak gadi kecil usia 7 tahun, hidup tanpa ayah dan satu-satunya tumpuan harapan untuk menyambung hidupnya, yakni sang ibu, yang tak pernah duduk di bangku sekolah dan mereka hidup dalam kemiskinan.
Sang ibu hanyalah seorang pedagang buah keliling pakai gerobak dan mentor paling unggul bagi gadis kecil itu.
Alkisah pada saat mereka berjualan buah, anak gadis kecil itu melihat teman-temannya rebutan beli membeli es krim dan ia pun ingin mencicipi es krim itu, tapi ada daya, uang hasil jual buah belum mencukupi hanya untuk beli satu stik es krim.
Sang ibu yang melihat hal tersebut dan merasa sangat iba, lalu membuat potongan nanas menyerupai bentuk es krim setiap malam demi memenuhi hasrat sang anak.
Es nanas buatan kreatif sang ibu, dimasukan dalam boks es dan memang serupa dengan es krim buatan perusahaan karena pakai stik juga, tapi walaupun tak sama dalam hal rasa, gadis kecil itu sangat menyukainya.
"Bagaimana kalau kita jual saja es nanas ini?" Sang ibu terkejut, dan tapi mengizinkan anaknya untuk menjualnya.
Karena baru pertama kali berjualan dan berniat membantu ekonomi sang ibu, sang anak tidak tahu bagaimana cara berjualan yang baik, akhirnya tak ada satupun es nanas terjual.
Sang anak mulai bertanya kepada sang ibu, mengapa es nanasnya tidak laku?.
Sang ibu tidak memberikan jawaban, tetapi hanya meminta sang anak untuk melakukan pengamatan di pasar, bagaimana para pedagang menjual dagangannya. Ia pun pergi ke pasar melakukan pengamatan seorang diri.
Dengan sendirinya sang anak mulai mengerti bahwa berjualan harus dengan tulisan dan gambar untuk menarik para pelanggan.
Akhirnya jualan es nanasnya secara perlahan mulai laris dan digemari teman-teman sebayanya, dan tapi setiap hari sang ibu terus memantau sang buah hati berjualan dari kejauhan sambil jualan buah potong juga.
Sekarang sang ibu begitu bangga karena sukses mendidik anaknya hingga dewasa untuk tidak menyerah pada kemiskinan.
Ternyata terdapat banyak pelajaran paling berharga yang dapat dipetik di luar sekolah, yakni melalui orang tua dan mengamati lingkungan sekitar.
"Kelak jika saya sudah tidak ada, saya tidak akan takut, karena anak saya akan baik-baik saja," ujar sang ibu.
Kisah gadis kecil itu diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh Achara Poonsawat.
Achara Poonsawat atau 'Nin' ketika ia masih sangat muda. Dia dibesarkan oleh ibunya sebagai model peran dan mentor.
Ibu Nin tidak pernah sekolah, namun ia menjadi guru penting bagi sang anak.
Dia mencari nafkah dengan menjual buah-buahan segar dalam gerobak di provinsi Petchburi dari fajar sampai senja.
Nin dibesarkan untuk menjadi tangguh. Cara ibunya mengajarkan kepada Ning memang tidak lazim, tapi Nin suka dan selalu bertanya kepada sang ibu.
Dia mengajarkan Nin untuk mengamati, menganalisis, mencoba, dan menghadapi masalah dengan keberanian.
Dia mendorong putrinya dalam mengejar jawaban sendirian sambil menonton dari jauh.
Pengasuhan seperti ini menjadi inspirasi bagi Nin untuk memikirkan sesuatu yang baru, untuk menjadi inovatif.
Sekarang Ning sudah lulus kuliah dan menjadi guru di sebuah sekolah dasar dan tempat umum.
Nonton Video kisah penjual es nanas. Learning by doing and not teaching :)
Comments
Post a Comment